Rabu, 12 Juni 2024

6/12/2024 Apa itu Nomophobia?

 Nomophobia


Waduh, paketan internetku abis

Waduh, kok jaringan wifinya lemot ya?

Tanpa sadar, aku kerap kali bergumam seperti itu bila saat bermain gawai. Kehidupanku terasa amat kosong bila tidak bermain gawai terlebih saat ini aku tidak memiliki kesibukan berarti.

Sebab hal yang terjadi ini, aku jadi teringat sebuah tema diskusiku dulu. Saat itu, aku antusias untuk menjadi anggota OSIS di SMA. Dan salah satu proses rekrutnya, kami harus berdiskusi secara terbuka Bersama anggota kelompok kami. Kelompok kami, memperoleh tema “nomophobia”

Nomophobia adalah akronim dari No Mobile Phone Phobia yakni sebuah gangguan kecemasan dan ketakutan berlebih yang dialami oleh seseorang bila tidak terkoneksi dengan orang lain melalui gawai, kehilangan jaringan saat beraktivitas menggunakan gawai, sederhananya bila tidak bisa mengakses gawai beserta jaringannya dengan lancar.

Dalam praktiknya, gawai memang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Banyak hal dapat diakses bila mempunyai gawai beserta jaringannya.

Beberapa contohnya, memperoleh informasi terkini, terhubung dengan banyak teman, kenalan, kolega, serta memperoleh hiburan. Selain itu, dengan perkembangan yang semakin pesat, gawai dengan jaringan memberikan manfaat seperti menuntaskan pekerjaan hingga tugas sekolah.

Gawai memang memberikan manfaat luar biasa, kemudahan, dan kenyamanan bagi tiap penggunanya. Namun ya begitu, tentu ada hal negatif yang ditimbulakan dari maraknya penggunaan gawai.

Salah satunya, nomophobia yang telah dijelaskan secara singkat diatas. Bagi seseorang dengan nomophobia, tidak memegang gawai tandanya sama dengan berhadapan dengan masalah besar.

Kondisi nomophobia diawali dengan kecanduan gawai dan berujung khawatir terus menerus bila tidak bisa menggunakan gawainya.

Nomophobia termasuk fobia spesifik namun penyebabnya tidak diketahui secara spesifik. Yang jelas, nomophobia hadir sejak perkembangan teknologi yang tidak disiasati dengan bijaksana hingga menimbulkan ketergantungan.

Adapun faktor yang meningkatkan resiko nomophobia antara lain: adanya riwayat fobia ataupun gangguan kecemasan, memiliki sifat antisosial, memiliki teman daring yang aktif, dan memiliki waktu luang berlebih.

Gejalanya berbeda-beda namun, secara garis besar ditandai dengan kesulitan dalam mengatasi ketakutan bila tidak bisa menggunakan gawai ataupun mengakases jaringan. Sepesifiknya ditandai dengan: tidak terpisahkan dari gawai, cemas berkelanjutan ditandai dengan terus-terusan mengecek gawai. Ditahap yang mengkhawatirkan, penderita nomophobia dapat melakukan tindakan ceroboh demi mengakses gawainya seperti  melewatkan kegiatan penting, kurang memanfaatkan waktu luang, dan menggunakan gawai dalam perjalanan udara.

Nomophobia juga ditandai dengan gejala psikis seperti takut, cemas, panik, gelisah berlebih bila terdapat hal yang menyebabkan kesusahan dalam penggunaan gawai seperti koneksi dengan jaringan yang mati, lemah, baterai habis, gawai tertinggal.Gejala fisiknya bisa berupa sesak napas, gemetar, keringat dingin, pusing, jantung berdebar, dsb.

Untu diagnosisnya, nomophobia bisa dikonsultasikan segera ke psikolog atau psikiater bila telah merasakan gejala ataupun bila kualitas hidup menurun akibat gejalanya. Untuk cara mengatasi nomophobia, sebenarnya bisa dilakukan tanpa terapi pengobatan. Namun, dalam skala tertentu, pengobatan juga diperlukan.

Adapun kebiasaan yang dapat menurunkan resiko nomophobia antara lain memperbanyak interaksi sosial secara nyata, memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan luring, memberikan waktu bermain gawai secara berkala, menikmati waktu dengan lebih produktif.

Nomophobia, bisa menyerang siapa saja. Tak terkecuali orang dewasa, bahkan anak-anak juga sangat bisa mengalaminya. Maka dari itu, perlu adanya pengawasan dan penggunaan gawai secara bijaksana.

Sebagai orang yang memiliki kecenderungan dan memiliki faktor resiko, aku pribadi amat berusaha untuk tidak terjadi. Begitupun bila siapapun yang membaca tulisan ini, aku harap bila kalian merasakan kecenderungan itu, kalian bisa segera mengambil langkah yang tepat.

-mils

 

Sumber tulisan:

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-nomophobia

https://lp2m.uinbanten.ac.id/2023/02/26/nomophobia-no-mobile-phone-phobia-ditinjau-dari-jenis-kelamin-budaya-akademik-fakultas-di-universitas-islam-negeri-sultan-maulana-hasanuddin-banten/

Sumber gambar:

https://www.hiclipart.com/search?clipart=phone+Holding

4 komentar:

  1. Legaaa tidak mengalamj gejala seperti yang disebutkan

    BalasHapus
  2. Di zaman seperti ini memang sudah menjadi suatu kebutuhan yang bisa dibilang primer karena tanpa hal tersebut pasti akan kurang rasanya

    BalasHapus
  3. Memang ya adanya smartphone ini harus dilakukan dg kesadaran juga. Karena kita dimanjakan dg berbagai konten sih. Makanya harus digunakan dg bijak

    BalasHapus
  4. Waw, dampak nya bisa sampai sebegitunya ya. Di masa seperti sekarang memang harus pintar dalam menggunakan waktu dan terutama handphone. Terima kasih ya tulisannya menjadi pengingat untuk saya pribadi juga🙏.

    BalasHapus