Nomophobia
Waduh, paketan internetku abis
Waduh, kok jaringan wifinya lemot ya?
Tanpa sadar, aku kerap kali bergumam seperti itu bila saat
bermain gawai. Kehidupanku terasa amat kosong bila tidak bermain gawai terlebih
saat ini aku tidak memiliki kesibukan berarti.
Sebab hal yang terjadi ini, aku jadi teringat sebuah tema
diskusiku dulu. Saat itu, aku antusias untuk menjadi anggota OSIS di SMA. Dan
salah satu proses rekrutnya, kami harus berdiskusi secara terbuka Bersama anggota
kelompok kami. Kelompok kami, memperoleh tema “nomophobia”
Nomophobia adalah akronim dari No Mobile Phone Phobia
yakni sebuah gangguan kecemasan dan ketakutan berlebih yang dialami oleh
seseorang bila tidak terkoneksi dengan orang lain melalui gawai, kehilangan
jaringan saat beraktivitas menggunakan gawai, sederhananya bila tidak bisa mengakses
gawai beserta jaringannya dengan lancar.
Dalam praktiknya, gawai memang sangat penting dalam
kehidupan seseorang. Banyak hal dapat diakses bila mempunyai gawai beserta
jaringannya.
Beberapa contohnya, memperoleh informasi terkini, terhubung
dengan banyak teman, kenalan, kolega, serta memperoleh hiburan. Selain itu,
dengan perkembangan yang semakin pesat, gawai dengan jaringan memberikan
manfaat seperti menuntaskan pekerjaan hingga tugas sekolah.
Gawai memang memberikan manfaat luar biasa, kemudahan, dan
kenyamanan bagi tiap penggunanya. Namun ya begitu, tentu ada hal negatif yang
ditimbulakan dari maraknya penggunaan gawai.
Salah satunya, nomophobia yang telah dijelaskan secara
singkat diatas. Bagi seseorang dengan nomophobia, tidak memegang gawai tandanya
sama dengan berhadapan dengan masalah besar.
Kondisi nomophobia diawali dengan kecanduan gawai dan
berujung khawatir terus menerus bila tidak bisa menggunakan gawainya.
Nomophobia termasuk fobia spesifik namun penyebabnya tidak
diketahui secara spesifik. Yang jelas, nomophobia hadir sejak perkembangan
teknologi yang tidak disiasati dengan bijaksana hingga menimbulkan ketergantungan.
Adapun faktor yang meningkatkan resiko nomophobia antara lain:
adanya riwayat fobia ataupun gangguan kecemasan, memiliki sifat antisosial,
memiliki teman daring yang aktif, dan memiliki waktu luang berlebih.
Gejalanya berbeda-beda namun, secara garis besar ditandai
dengan kesulitan dalam mengatasi ketakutan bila tidak bisa menggunakan gawai
ataupun mengakases jaringan. Sepesifiknya ditandai dengan: tidak terpisahkan
dari gawai, cemas berkelanjutan ditandai dengan terus-terusan mengecek gawai.
Ditahap yang mengkhawatirkan, penderita nomophobia dapat melakukan tindakan ceroboh
demi mengakses gawainya seperti melewatkan
kegiatan penting, kurang memanfaatkan waktu luang, dan menggunakan gawai dalam
perjalanan udara.
Nomophobia juga ditandai dengan gejala psikis seperti takut,
cemas, panik, gelisah berlebih bila terdapat hal yang menyebabkan kesusahan
dalam penggunaan gawai seperti koneksi dengan jaringan yang mati, lemah,
baterai habis, gawai tertinggal.Gejala fisiknya bisa berupa sesak napas,
gemetar, keringat dingin, pusing, jantung berdebar, dsb.
Untu diagnosisnya, nomophobia bisa dikonsultasikan segera ke
psikolog atau psikiater bila telah merasakan gejala ataupun bila kualitas hidup
menurun akibat gejalanya. Untuk cara mengatasi nomophobia, sebenarnya bisa
dilakukan tanpa terapi pengobatan. Namun, dalam skala tertentu, pengobatan juga
diperlukan.
Adapun kebiasaan yang dapat menurunkan resiko nomophobia
antara lain memperbanyak interaksi sosial secara nyata, memanfaatkan waktu
luang dengan melakukan kegiatan luring, memberikan waktu bermain gawai secara
berkala, menikmati waktu dengan lebih produktif.
Nomophobia, bisa menyerang siapa saja. Tak terkecuali orang
dewasa, bahkan anak-anak juga sangat bisa mengalaminya. Maka dari itu, perlu
adanya pengawasan dan penggunaan gawai secara bijaksana.
Sebagai orang yang memiliki kecenderungan dan memiliki
faktor resiko, aku pribadi amat berusaha untuk tidak terjadi. Begitupun bila
siapapun yang membaca tulisan ini, aku harap bila kalian merasakan
kecenderungan itu, kalian bisa segera mengambil langkah yang tepat.
-mils
Sumber tulisan:
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-nomophobia
https://lp2m.uinbanten.ac.id/2023/02/26/nomophobia-no-mobile-phone-phobia-ditinjau-dari-jenis-kelamin-budaya-akademik-fakultas-di-universitas-islam-negeri-sultan-maulana-hasanuddin-banten/
Sumber gambar:
https://www.hiclipart.com/search?clipart=phone+Holding
Legaaa tidak mengalamj gejala seperti yang disebutkan
BalasHapusDi zaman seperti ini memang sudah menjadi suatu kebutuhan yang bisa dibilang primer karena tanpa hal tersebut pasti akan kurang rasanya
BalasHapusMemang ya adanya smartphone ini harus dilakukan dg kesadaran juga. Karena kita dimanjakan dg berbagai konten sih. Makanya harus digunakan dg bijak
BalasHapusWaw, dampak nya bisa sampai sebegitunya ya. Di masa seperti sekarang memang harus pintar dalam menggunakan waktu dan terutama handphone. Terima kasih ya tulisannya menjadi pengingat untuk saya pribadi juga🙏.
BalasHapus