Kembali lagi Bersama Mils :))
Untuk hari ini, aku akan menulis “Bila ada waktu 3 jam
untuk gabut, edisi Oro-Oro Dowo”
Sekedar chit-chat singkat. Aku pernah hidup di Malang Kota selama bertahun-tahun sebelum kembali ke kampung. Walaupun begitu, Aku adalah tipikal nolep alias lebih suka berleha-leha di asrama/kos.
Jangan tanya kenapa, yang
jelas saat ini Aku agak menyesalinya. Walaupun begitu, terkadang aku juga pergi
kok, dengan teman akrab tentunya. Waktu itu, Aku pergi setelah sekian lama bersama
teman baik SMA-ku dan terpilihlah destinasi “Oro-Oro Dowo” kuy.
Oro-Oro Dowo merupakan salah satu wilayah yang sangat aksesable di Kota Malang (termasuk kendaraan umum seperti angkot). Dan beberapa tahun terkahir menjadi primadona karna Pasarnya yang bersih dan mengantongi berbagai rekomendasi dari para tiktokers serta selebgram.
Hari itu, kami bertemu di Taman
Merbabu (Aku biasa menyebutnya Taman Nivea).
Kami memulai perjalanan ke Pasar Oro-Oro Dowo dengan berjalan kaki melewati Hutan Kota Malabar.
Oiya sekedar Too Much information
(TMI) ada pengalaman (lain hari) dimana aku mengikuti kegiatan walking tour
dan mengetahui fakta bahwa Hutan Kota Malabar telah ada sejak jaman kolonial Belanda.
Dulu, Hutan kota Malabar merupakan lahan kosong yang dimanfaatkan sebagai
daerah resapan (pemandu mengatakan, resapan air yang berupa daerah cekungan
atau kolam dan masih ada di dalamnya) serta dimanfaatkan sebagai tempat bermain
anak-anak kala itu. Oiya, jaman itu Hutan Kota Malabar disebut “Bozem”
Hutan Kota Malabar dikukuhkan oleh Pemerintah Kota Malang pada tahun 2013 sebagai ruang terbuka hijau, daerah resapan air, paru-paru kota, serta tempat rekreasi. Aku sendiri, sangat menyukai berjalan-jalan dipinggir Hutan Kota Malabar. Mengapa aku tidak masuk? Tentu karena aksesnya ditutup tiap aku kesana.
Walaupun begitu, aku pernah kesana sekali saat masih duduk di bangku SMA, aku menyadari banyak pohon ditanam dengan keterangan seperti nama pohon, nama ilmiah, namun aku tidak pernah menyadari cekungan atau kolam yang diceritakan oleh pemandu.
Nah, setelah melewati Hutan Kota Malabar, kami memasuki area
Pasar Oro-Oro Dowo. Kami sebenarnya ingin membeli berbagai makanan yang sedang
banyak diperbincangkan seperti Kue Lumpur, Bakso Bakar, Nasi Bakar. Namun
antrian seperti semut yang berbaris alias waduh keburu pingsan nih. Jadinya
kami membeli makanan yang antriannya tidak separah itu.
Setelah berjalan-jalan sebentar mengitari dagangan didalam
pasar, Kami memutuskan untuk piknik dipinggir jalan disekitar Hutan Kota
Malabar untuk memakan makanan ataupun jajanan yang telah dibeli. Suasana hijau
rindang, tidak begitu banyak polusi, dan sangat menyenangkan. Setelah itu, kami
mengobrol singkat dan memutuskan untuk pulang cepat karena terdapat kelas
online dadakan.
Walaupun begitu, agendaku di Oro-Oro Dowo berlanjut keesokan harinya. Bersama teman kos, Aku memutuskan untuk duduk-duduk santai di Taman Merbabu, gabut melihat muda-mudi, anak-anak bermain bola, tupai yang beraktivitas.
Beberapa menit berlalu, kami memutuskan untuk berjalan kaki menemukan tempat
rekomen di Oro-Oro Dowo dan cling kami sampai di sebuah toko bunga yang tidak
terduga lokasinya. Koleksi bunganya juga sangat lengkap dan segar-segar. Oiya, nama
tokonya Toko Bunga Wahana Kreasi Flora (WKF). Selesai cuci mata, kami pun
memutuskan pulang.
Setelah melakukan kegiatan tersebut, aku jadi menyadari
bahwa Oro-Oro Dowo sebenarnya sangat cocok dijadikan opsi untuk duduk-duduk
gabut bila tak ada kerjaan atau bingung mencari kesibukan. Dengan 3 jam saja,
menurutku bisa digunakan untuk mengeksplore wilayah tersebut dari Taman Merbabu
ke Hutan Kota Malabar lalu ke Pasar Oro-Oro Dowo, dan yang terakhir Toko Bunga.
-mils
Tidak ada komentar:
Posting Komentar